Perseteruan antara Arm dan Qualcomm terkait lisensi teknologi chip kembali memanas. Arm berencana mengajukan pengadilan ulang setelah sebelumnya kalah dalam gugatan yang menuduh Qualcomm melanggar lisensi terkait teknologi yang dikembangkan oleh Nuvia, anak perusahaan Qualcomm yang baru diakuisisi.
Arm menyatakan kekecewaannya atas putusan pengadilan sebelumnya melalui pernyataan resmi. Mereka menegaskan komitmen untuk melindungi kekayaan intelektual dan ekosistem yang telah dibangun selama 30 tahun.
Perselisihan ini bermula ketika Qualcomm meluncurkan prosesor Snapdragon X yang menggunakan core Oryon, yang awalnya dikembangkan oleh Nuvia untuk pusat data. Arm mengklaim bahwa penggunaan teknologi Nuvia untuk perangkat klien melanggar perjanjian lisensi.
Baca Juga: Huawei Makin Tertekan, Kini Dilarang Pakai Chip Intel dan Qualcomm!
Arm berpendapat bahwa lisensi yang dimiliki Nuvia tidak secara otomatis beralih ke Qualcomm setelah akuisisi pada tahun 2021. Oleh karena itu, Arm menuntut Qualcomm untuk melakukan renegosiasi lisensi. Namun, Qualcomm menolak tuntutan tersebut dan tetap melanjutkan peluncuran lini prosesor Snapdragon X.
Qualcomm berargumen bahwa lisensi arsitektur set instruksi Arm yang dimilikinya sudah mencakup teknologi Nuvia. Argumen ini diperkuat oleh kesaksian Gerard Williams III, pengembang utama inti Oryon, yang menyatakan bahwa desain inti Oryon hanya mengandung kurang dari 1% teknologi Arm.
Kesaksian Williams ini memberikan dukungan signifikan bagi posisi Qualcomm, menegaskan bahwa Snapdragon X mematuhi perjanjian lisensi yang ada.
Meskipun Arm berencana mengajukan pengadilan ulang, ruang lingkup gugatan mereka kini terbatas. Dua tuduhan sebelumnya telah diputuskan mendukung Qualcomm, sehingga pengadilan ulang hanya akan fokus pada tuduhan terkait Nuvia.
Perseteruan antara Arm dan Qualcomm ini memiliki implikasi yang luas bagi industri teknologi. Arm merupakan penyedia lisensi arsitektur chip yang mendasari sebagian besar perangkat seluler di dunia, sementara Qualcomm adalah produsen chip smartphone terbesar.
Hasil dari perselisihan ini dapat memengaruhi model bisnis lisensi teknologi dan persaingan di pasar chip global.
Jika Arm berhasil dalam pengadilan ulang, hal ini dapat memaksa Qualcomm untuk membayar royalti tambahan atau bahkan menghentikan penggunaan teknologi Nuvia. Sebaliknya, jika Qualcomm kembali menang, hal ini akan memperkuat posisinya dan memberikan kepastian hukum bagi penggunaan teknologi yang diakuisisi.
Kasus ini juga menyoroti kompleksitas perjanjian lisensi di industri teknologi, terutama terkait akuisisi perusahaan dan transfer teknologi.