Impian masyarakat Indonesia untuk menikmati koneksi internet cepat dengan biaya terjangkau selangkah lebih dekat menjadi kenyataan. PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI) menggebrak pasar dengan mengumumkan rencana ambisius mereka: menyediakan layanan internet berkecepatan 100 Mbps dengan biaya hanya Rp100.000 per bulan.
Kunci dari penetapan harga yang revolusioner ini bukan terletak pada pemotongan biaya operasional, melainkan pada sebuah strategi infrastruktur cerdas yang memungkinkan perusahaan menghindari investasi besar dalam pembangunan menara baru. Rencana eksekusi proyek Fixed Wireless Access (FWA) ini diyakini akan mempercepat pemerataan akses internet di seluruh negeri.
Kolaborasi Cerdas Menghemat Miliaran Rupiah
Menurut Direktur WIFI, Shannedy Ong, perusahaan sukses memangkas biaya infrastruktur berkat kolaborasi strategis dengan para pemilik menara telekomunikasi (TowerCo) yang sudah mapan. Alih-alih mendirikan menara dari nol, WIFI memanfaatkan jaringan menara yang sudah ada dan siap pakai.
“Untuk men-deploy ini kita bekerja sama dengan tower company dari Tower Bersama Group dan juga dari Sentra Tama,” ungkap Shannedy saat memberikan pemaparan dalam acara Public Expose 5G FWA Execution Plan di Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Kolaborasi ini telah mengamankan akses ke sekitar 50.000 site tower yang tersebar luas. Jumlah infrastruktur yang signifikan ini dianggap lebih dari cukup untuk menopang layanan Fixed Wireless Access (FWA) di wilayah-wilayah kunci.
Menargetkan “Zona Emas” Jawa hingga Timur Indonesia
Fokus utama distribusi layanan internet murah ini adalah area dengan potensi pasar terbesar. Shannedy Ong secara khusus menyoroti Pulau Jawa, yang ia sebut sebagai “golden zone” karena mencakup sekitar 61% populasi nasional, atau setara dengan 45 juta potensi pelanggan.
Ketersediaan 50.000 menara ini, yang disokong oleh Tower Bersama Group dan Centratama, dinilai sudah sangat memadai untuk segera menyebar layanan broadband nirkabel ke Jawa, Papua, dan Maluku.
WIFI juga menunjukkan kesiapan untuk ekspansi lebih lanjut. Jika 50.000 menara yang tersedia saat ini belum mencukupi untuk memenuhi lonjakan permintaan, perusahaan telah menyiapkan opsi kerja sama tambahan dengan penyedia menara lain seperti Mitratel dan Providenindo. Fleksibilitas ini memastikan skalabilitas jaringan sesuai kebutuhan pasar yang terus tumbuh.
Tantangan di Balik Frekuensi 1,4 GHz
Di tengah strategi infrastruktur yang cerdik, WIFI mengakui adanya tantangan besar yang harus mereka hadapi, yaitu pada aspek teknologi inti yang digunakan: frekuensi 1,4 GHz.
Frekuensi ini, menurut Shannedy, belum memiliki ekosistem yang matang atau standar global. Artinya, perangkat keras, chipset, dan teknologi pendukung lainnya belum tersedia secara massal di pasar global seperti frekuensi umum lainnya.
Untuk mengatasi hambatan ekosistem ini, WIFI telah mengambil langkah proaktif dengan menggandeng mitra teknologi internasional selama dua tahun terakhir.
“Frekuensi 1,4 GHz ini adalah frekuensi yang belum punya ekosistem. Jadi kita berbarengan dengan semua teknologi partner termasuk Oreksai, Nokia, Huawei, dan sebagainya, dan juga dengan perusahaan semikonduktor, kita harus mengembangkan ekosistem ini,” jelasnya.
Komitmen untuk mengembangkan ekosistem frekuensi yang unik ini menunjukkan keseriusan WIFI dalam menghadirkan layanan FWA high-speed yang andal. Dengan menggabungkan pemanfaatan infrastruktur tower yang ada dan pengembangan teknologi frekuensi secara mandiri, Solusi Sinergi Digital berpotensi besar untuk mengubah lanskap penyediaan internet murah 100 Mbps di Indonesia.

