Setelah sempat terpuruk, Apple menunjukkan kebangkitan yang dramatis di pasar smartphone Tiongkok. Berdasarkan data kuartal ketiga (Q3) 2025 dari firma riset IDC, Apple berhasil meroket ke posisi kedua pabrikan HP dengan pangsa pasar terbesar di China, menendang Huawei yang harus rela turun ke posisi ketiga.
Pencapaian ini sangat signifikan mengingat pada kuartal sebelumnya (Q2 2025), Apple masih berada di urutan kelima, sementara Huawei menduduki puncak klasemen. Lonjakan performa ini sebagian besar didorong oleh respons pasar yang sangat antusias terhadap peluncuran seri iPhone 17.
Pasar Lesu, Tapi Apple dan Oppo Justru Tumbuh
Secara keseluruhan, pasar smartphone Tiongkok masih mengalami kontraksi di Q3 2025, meskipun laju penurunannya melambat menjadi -0,6% (membaik dari -4% di kuartal sebelumnya). Di tengah kemerosotan ini, hanya dua vendor dalam jajaran “Top 5” yang berhasil mencatat pertumbuhan positif: Apple dan Oppo.
Meskipun demikian, Vivo masih memegang takhta sebagai “raja HP” di Tiongkok dengan menguasai 17,3% pangsa pasar, mengapalkan 11,8 juta unit. Namun, dominasi Vivo tergerus tipis, mencatat penurunan 7,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Efek Domino iPhone 17: Peningkatan Hardware Menarik Minat
Antusiasme pasar global, termasuk di Tiongkok dan AS, terhadap seri iPhone 17 sangat tinggi sejak perilisannya pada 19 September lalu. Minat ini didorong oleh sejumlah peningkatan hardware yang signifikan dari Apple, termasuk perbaikan pada tampilan layar, opsi penyimpanan internal yang lebih besar, dan pembaruan pada prosesor.
Firma riset Counterpoint memperkirakan bahwa penjualan iPhone 17 dalam 10 hari pertama peluncuran tercatat 14% lebih tinggi dibandingkan seri sebelumnya di pasar AS dan Tiongkok. Menariknya, minat pembeli cenderung tertuju pada model iPhone 17 Pro yang memiliki margin keuntungan lebih tinggi.
“Apple sedang meraup pendapatan tinggi dengan penjualan iPhone 17 yang lebih baik dari perkiraan di AS dan China, mendorongnya kembali ke status pabrikan HP teratas,” ujar analis eMarketer, Jacob Bourne.
Tantangan AI dan Air yang Lesu
Meskipun mencatat kinerja penjualan hardware yang fenomenal, Apple tetap menghadapi tantangan besar dari segi persepsi teknologi Artificial Intelligence (AI). Saham Apple, meskipun mencatat kenaikan kuartalan terbaiknya dalam dua tahun terakhir (24%) pada Juli-September dan bahkan sempat mencapai nilai pasar US$4 triliun, masih tertinggal dari anggota “Magnificent Seven” lainnya di sektor teknologi.
Analis menggarisbawahi bahwa Apple dianggap tertinggal dalam arena AI, karena belum menawarkan fitur AI generatif yang mencolok. Bob O’Donnell, presiden TECHnalysis Research, menyebut Apple belum memiliki strategi meyakinkan untuk mempertahankan talenta AI kelas atas, meski perusahaan telah menunda peluncuran Siri yang didukung AI hingga tahun 2026.
Selain itu, perangkat baru Apple yang sangat tipis, iPhone Air, dilaporkan lesu di pasar karena harganya mencapai US$1.000 (mulai sekitar Rp21,2 jutaan di Indonesia) namun hanya dilengkapi satu lensa kamera. Di Tiongkok, pemesanan juga berjalan lebih lambat karena operator masih menunggu persetujuan untuk mendukung fitur eSIM pada perangkat tersebut.
Wall Street memproyeksikan penjualan iPhone secara keseluruhan akan naik 8,6% menjadi US$50 miliar untuk kuartal September, menunjukkan bahwa keberhasilan produk baru ini tetap menjadi mesin pertumbuhan utama Apple saat ini.

