Huawei Makin Tertekan, Kini Dilarang Pakai Chip Intel dan Qualcomm! 

Adi Kusanto
Hauwei dilarang menggunakan chip Intel dan Qualcomm
Huawei | Sumber Foto: Bloomberg

Huawei, raksasa teknologi asal Tiongkok, kembali dihadapkan pada situasi yang kian rumit. Baru-baru ini, Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) mencabut izin yang sebelumnya diberikan kepada Intel dan Qualcomm untuk memasok chip ke Huawei. Hal ini berarti Huawei dilarang untuk menggunakan prosesor Intel dan Qualcomm terbaru untuk produk mereka, termasuk laptop dan smartphone.

Pencabutan izin ini merupakan pukulan telak bagi Huawei, karena selama ini mereka sangat bergantung pada chip dari Intel dan Qualcomm. Sebelumnya, Huawei sudah dilarang menggunakan sistem operasi Android dan layanan Google Mobile Services (GMS) di smartphone mereka.

Dengan pembatasan terbaru ini, Huawei diprediksi akan semakin kesulitan untuk bersaing di pasar global.

Baca Juga: Huawei Patenkan Sensor Sidik Jari Ultrasonik, Janjikan Keamanan dan Akurasi Tinggi

Dampak yang Mengkhawatirkan

Dampak dari sanksi AS terhadap Huawei sudah mulai terasa. Penjualan smartphone Huawei di luar Tiongkok anjlok drastis, dan mereka kehilangan akses ke teknologi penting yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk baru.

Hal ini tidak hanya berdampak pada Huawei, tetapi juga pada ribuan karyawan mereka di seluruh dunia, serta pada rantai pasokan global yang bergantung pada Huawei.

Upaya Huawei untuk Bertahan Hidup

Namun, Huawei tidak tinggal diam. Mereka terus berusaha untuk mengembangkan chip mereka sendiri dan mencari alternatif dari pemasok Amerika Serikat.

Huawei telah berinvestasi besar-besaran dalam penelitian dan pengembangan chip, dan mereka telah membuat kemajuan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.

Mereka juga menjalin kemitraan dengan perusahaan lain di Tiongkok untuk mengembangkan teknologi baru.

Tantangan Terjal di Depan Mata

Meskipun Huawei telah melakukan upaya yang besar, namun jalan mereka masih panjang dan penuh rintangan.

Mengembangkan chip sendiri membutuhkan waktu dan banyak uang, dan Huawei masih harus bersaing dengan perusahaan lain seperti Samsung dan Apple yang sudah jauh lebih maju dalam hal ini.

Selain itu, Huawei masih harus menghadapi sanksi dari AS yang dapat berubah sewaktu-waktu. Hal ini membuat Huawei tidak pasti tentang masa depan mereka dan membuat investor enggan untuk berinvestasi pada mereka.

Akibatnya, Masa depan Huawei masih belum pasti.

Mampukah mereka mengatasi rintangan ini dan bangkit kembali menjadi pemain utama di industri teknologi?

Hanya waktu yang bisa menjawab.

Kesimpulan

Sanksi AS terhadap Huawei merupakan contoh bagaimana perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok dapat berdampak pada perusahaan dan individu di seluruh dunia.

Kasus Huawei ini menjadi pengingat bahwa globalisasi dan interkoneksi ekonomi dunia memiliki sisi gelapnya, dan bahwa negara dapat menggunakan kekuatan ekonomi mereka untuk mencapai tujuan politik mereka.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *